Kondisi Ideal Hubungan Industri

Menciptakan Kondisi Iklim Industri Yang Kondusif
*Muhamad Resya Mutaqien
Lain di postingan yang sebelumnya dipostingan kali ini akan memaparkan tentang bagaimana kondisi sektor industri ideal (sehat) yang seharusnya ada di Indonesia. Jika di perhatikan lebih detail tentang sektor industri maka akan banyak faktor yang mempengaruhi terciptanya iklim industri yang baik, untuk lebih jelasnya perhatikan bagan dibawah ini.



Iklim Sektor Industri
Sektor Industri merupakan sektor yang terbesar kontribusinya terhadap perekonomian nasional  dengan jumlah yang melebihi dari 20 persen. Ini merupakan proporsi yang pantas untuk mengatakan bahwa Indonesia adalah negara industri.  Bahkan dikutip dari kemenperin.go.id menurut menteri perindustrian Airlangga Hartanto menyebut pada tahun 2017 Indonesia masuk kedalam 10 besar negara dengan kategori  manufacturing value added, peringkat besar ini sejajar dengan negara lain seperti Brasil dan Inggris bahkan lebih besar dari Russia dan Amerika Serikat. Sementara berdasarkan pada jumlah presentase tersebut, Indonesia juga mengalahkan negara lainnya seperti Meksiko & Jepang dengan capaian kontribusi industrinya yang hanya 19 persen, serta kontribusi Industri di Inggris dikisaran 10 persen saja. Dunia memandang manufaktur telah menjadi sektor yang vital bagi pertumbuhan perekonomian, ini telah disepakati dalam World Economic Forum. Sampai disini sepakatlah kita bahwa Industri memainkan peranan penting terhadap tumbuh kembang perekonomian negara.
            Sektor Industri bergantung pada keadaan iklim investasi, sebab investasi memberikan modal untuk menjalankan sebuah perusahaan tetap berjalan, singkatnya jika iklim industri lesu dan mandek maka para investor pun berpikir dua kali untuk memutuskan, apakah perusahaannya akan terus dijalankan atau bahkan karena terus merugi investor menarik investasinya.
Pengaruh Iklim Investasi
Iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang, yang bisa mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi (Stern 2002).
Penanaman modal alias investasi berpeluang besar membuka lapangan kerja baru demi mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia yang saat ini sudah mencapai 7,05 juta orang per Agustus 2019.
Ada catatan kelam yang pernah dialami Indonesia dulu yaitu sangat buruknya kualitas iklim investasi di Indonesia. Pada awal tahun 1970an sampai dengan pertengahan tahun 1990an, Indonesia dimanjakan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi dengan didorong oleh peningkatan investasi serta perluasan sektor industri. Namun, tak lama kemudian Indonesia dikejutkan fenomena krisis keuangan/moneter pada tahun 1997-1998 diperburuk dengan kondisi lainnya seperti besarnya utang luar negeri Indonesia yang sudah memasuki masa tempo, situasi perdagangan internasional kurang menguntungkan, bencana alam La Nina yang mengakibatkan kekeringan berkepanjangan paling parah selama 50 tahun terakhir, melemahkan sistem keuangan serta pemerintahan berujung pada bubarnya investasi di Indonesia dan memperlambat perkembangan sektor swasta. Berikut data yang menunjukkan pelemahan tingkat investasi dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 1997-1998.


Tingkat investasi kala itu  terjun bebas ke angka sekitar 16 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), berbanding jauh dengan kondisi sebelum krisis melanda yang mencapai lebih dari 30 persen. 70 Persen lebih perusahaan mati mendadak alias bangkrut (insolvent) Perusahaan yang sangat terasa imbasnya sejak itu adalah dari sektor manufaktur, perbankan, dan kontruksi.  terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) sebesar 20 persen dari angkatan kerja atau sekitar 20 juta orang menjadi pengangguran musiman.
Pada tahun 2003, saat itu dilakukan studi tentang Iklim Investasi dan Produktivitas di Indonesia (ICS) melalui kerjasama antara Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Dunia (WB) serta Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi dan Badan Pusat Statistik (BPS). Studi ini mencakup survey kepada 713 perusahaan industri besar maupun sedang yang telah tersebar di 11 daerah, mencakup subsektor seperti, tekstil, kulit & alas kaki, tembakau, makanan & minuman, pakaian, perkayuan, kimia, kertas, elektronik dan  peralatan angkutan. Tujuannya untuk mengetahui keadaan serta problematika iklim investasi juga dampak yang dihasilkan terhadap produktifitas atau penampilan perusahaan. Diharapkan juga dapat membantu pemerintah beserta pihak lainnya yang memiliki kepentingan dalam menentukkan kepada arah kebijakan yang bisa mendorong perkembangan investasi di Indonesia.
Beberapa aspek yang mempengaruhi perlu diperhatikan demi meningkatkan suasana iklim investasi ke arah yang lebih baik sehubungan dengan menjadikan iklim industri yang ideal bagi Indonesia. Faktor tersebut masing-masing terbagi atas 2 kategori, yaitu Internal & Eksternal.
1.      Internal
Faktor internal adalah masalah yang datang dari perusahaan itu sendiri.
a)      Kesulitan Dalam Pengembangan Usaha
Perlu adanya keseriusan pemerintah dalam menekan harga penyediaan bahan baku untuk perusahaan supaya nanti kualitas dan kuantitas yang dihasilkan memuaskan konsumen. Para pengelola bisnis mengalami kendala dalam mengembangkan bisnisnya, kesulitan dalam menangani biaya internal seperti bahan baku, tenaga kerja dan logistik yang tidak kompetitif, menjadi pengaruh terbesar atas berlapisnya biaya yang harus dikeluarkan para pemilik usaha. Daya beli konsumen pun menurun jika produk lokal yang dihasilkan terlalu mahal harganya berdasar pada harga bahan baku yang tidak ramah.
b)      Biaya lalu lintas/akomodasi
Besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh para pegiat industri hanya untuk akomodasi saja, lumayan membuat rugi. Pasalnya ini juga akan berpengaruh pada biaya barang logistik. Pengurangan biaya tarif tol menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi hal ini. Pentarifan Bea masuk bahan baku pembuatan mesti di rasionalkan lagi. Karena jika bahan baku pembuatan saja terus terusan mendapatkan biaya tambahan selain dari harga sebenarnya maka akan menaikan pula produk yang dihasilkan nanti berujung pada rendahnya daya beli masyarakat terhadap produk lokal.  
c)      Ketersediaan Lahan
Penyediaan kawasan industri diantaranya dilakukan dengan cara terus membangunan insfrastruktur yang menjangkau hingga ke daerah-daerah yang sulit terjangkau,  sehingga menyediakan lahan baru untuk kawasan industri. Regulasi akusisi lahan pun berpengaruh untuk memudahkan para investor menanam modal, diharapkan pemerintah juga memudahkan regulasi yang menyangkut pembebasan lahan, agar peraturan yang berlaku tidak menyulitkan para investor untuk membuka lahan industri. Banyak daerah yang selalu menjadi sengketa lahan, sehingga sulit untuk mebebaskan dan membuka lahan baru. Ketidakpastian biaya yang harus dikeluarkan dari perusahaan untuk kegiatan usaha saat ini jika melakukan ekspansi. 
d)     Transformasi Teknologi
Agar menekan harga teknologi yang meroket, seharusnya di Indonesia sendiri memberikan kemudahan mendapatkan teknologi terbarukan dengan murah, caranya yaitu dengan menumbuhkan sektor industry di subsektpor teknologi. Kenyataannya, para investor tidak mau mengeluarkan biaya yang cukup besar hanya untuk teknologi karena mereka tidak mau kehilangan modal untuk menyediakan bahan baku pembuatan industri. Pembebasan bea masuk barang
Lewat kecanggihan teknologi hasil produksi yang dihasilkan jauh lebih baik dibandingkan menggunakan mesin konvensional lainnya, dengan itu jika semua industri di Indonesia memakai teknologi tanpa melupakan peran dari SDM lokal yang ada, hasil akhir pada biaya produksi akan jauh lebih berkurang ketimbang hanya mengandalkan mesin yang lama. 
e)      Kualitas Sumber Daya Manusia
Mulai dari meningkatkan kualitas pendidikan. Karena rata-rata tenaga kerja Indonesia paling banyak didominasi oleh kalangan tamatan SMP. Pemerintah harus rela mengeluarkan anggaran yang lebih untuk sektor pendidikan, pasalnya sumber daya manusia adalah komponen vital untuk perkembangan industri di Indonesia, saat ini para investor sangat kewalahan untuk mencari teknisi professional bersertifikat, hasilnya kualitas produksi yang dihasilkan pun tidak memuaskan bila dibandingkan produk produk impor. Biaya pendidikan Indonesia itu sangat mahal, sesuai dengan studi yang dilakukan HSBC, Indonesia termasuk dalam 15 besar negara dengan biaya pendidikan tertinggi tepatnya menempati peringkat ke 13, sementara di posisi pertama adalah Hongkong. Rata-rata para orang tua di Indonesia harus mengeluarkan biaya pendidikan sekitar US$20.000. Tentu saja ini harusnya tidak sesuai dengan kualitas fasilitas pendidikan yang di sediakan di beberapa daerah, seperti banyak kasus di daerah pedesaan yang masih sulit untuk merasakan pendidikan yang layak. Pendidikan yang layak di Indonesia hanya menjangkau sebagian besar di wilayah perkotaan saja, banyak di wilayah pedesaan sana yang fasilitas sekolahnya tidak memadai, mulai dari tidak memiliki gedung, kursi & meja yang rusak, ruang kelas yang hampir roboh dan lain sebagainya. Peningkatan kualitas kesehatan juga perlu di optimalkan, karena sejatinya manusia akan bekerja bila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Bila kondisi kesehatan SDM di Indonesia terjamin peluang besar untuk menjadikan iklim industry jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi masalahnya adalah masih banyak kasus dari bibit SDM Indonesia yang pemenuhan gizinya tidak tercukupi, padahal kesehatan berpengaruh kepada tumbuh kembangnya anak serta berkaitan dengan kegiatan harian seperti pergi ke sekolah, jika kondisinya lemas dan lesu berpengaruh pada pemahaman dalam proses belajar. Perlu adanya sosialisasi edukatif kesehatan rutinan yang dilakukan di setiap daerah terutama daerah pedesaan agar mengurangi jumlah penderita malnutrisi atau masalah kesehatan lainnya.
2.      Eksternal
Faktor yang dipengaruhi oleh hal-hal lain diluar perusahaan.
1.      Insfrastruktur
 Berikut data anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk insfrastruktur.




Pembangunan insfrastruktur seperti jalan tol perlu diperhatikan oleh pemerintah, pasalnya kualitas insfrastruktur merupakan aspek penunjang dari peningkatan daya saing industri sebagai gambaran jika insfrastruktur baik berupa, pembangunan jembatan, jalur kereta api yang terintegrasi dengan perusahaan terdekat sampai dengan jalan tol yang memadai, akan mendongkrak kepada kualitas produk dalam negeri. Pada kenyataanya masih banyak keluhan dari masyarakat tentang jalan rusak yang mengganggu perjalanan. Bukan cuma itu saja, kepadatan lalu lintas serta konektivitas insfrastruktur lain juga seharusnya menjadi prioritas pemerintah, agar tidak berakibat pada lambatnya proses distribusi bahan baku, perusahaan pun jadi lambat berproduksi, hingga mahalnya tarif akomodasi yang merugikan.
2.      Institusi
Dengan adanya kebijakan yang tidak berbelit-belit, bertele-tele hingga tidak adanya tumpang tindih kewenangan memperlancar pemilik modal untuk berinvestasi, dan berpulang menjadi membuka lapangan kerja yang baru demi menyedot jumlah pengagguran. Regulasi yang pasti memerlukan kejelasan dari pemerintah itu sendiri artinya peran pemerintah untuk memangkas over regulasi yang memiliki pengaruh disinsentif investor harus ditekan atau bahkan dirombak ulang agar menjadi lebih senderhana. Kefektifan waktu dalam pengeluaran izin dari pemerintah daerah juga harus direalisasikan untuk mempercepat kinerja dari perusahaan. Selain itu juga pajak yang ringan akan menumbuhkan iklim industri yang kondusif dan ideal bagi Indonesia, untuk itu pemerintah Indonesia dirasa harus perlu melakukan pemotongan wajib pajak yang telah diberlakukan. Peran pemerintah lainnya yang dapat dilakukan seperti pemberian bantuan modal, bantuan untuk riset dan pengembangan, dan bantuan untuk fasilitas pelatihan vokasi, kemudahan akes pemasaran hasil produksi, kemudahan investasi langsung kontruksi, kemudahan investasi di kawasan strategis, kemudahan proses sertifikasi, dan standarisasi sesuai dengan peraturan perundang- undangan, akses tenaga kerja yang siap pakai dan terampil, kemudahan akses pasokan bahan baku, dan hingga fasilitas promosi sesuai dengan kewenangan daerah.
Daya Saing
Jika semua faktor diatas dipenuhi kebutuhannya, maka hal yang terjadi adalah peningkatan ketertarikan tanam modal di Indonesia amat besar. Buah dari itu semua menciptakan daya saing yang kuat untuk menghadapi persaingan produk impor dan juga neraca pasar ekspor bisa naik secara drastis akibat hal tersebut, penambahan devisa negara pun bisa terjadi namun dengan hal yang lebih kompleks. Berikut statistik pemeringkatan daya saing negara berdasarkan kemampuan atau talenta sumber daya manusia yang dimiliki negara tersebut. Beberapa indikator penilaian indeks ini adalah pendapatan per kapita, pendidikan, infrastruktur teknologi komputer informasi, gender, lingkungan, tingkat toleransi, hingga stabilitas politik.


Daya saing industri yang kuat, menghasilkan juga cipta lapangan kerja bagi para sumber daya manusia lokal, karena bersamaan dengan hal itu berarti juga Indonesia telah bisa memproduksi sendiri bahan baku yang tadinya tidak tersedia di dalam negeri.
Pada hasil akhirnya tingkat kesejahteraan penduduk pun naik, upah minimum bisa jadi lebih tinggi dari sebelumnya. Jadi pada intinya iklim industri yang ideal ditentukan oleh iklim investasi dan daya saing yang dimiliki setiap negara, dan beberapa faktor komponen pembangun lainnya.


*Penulis merupakan mahasiswa Semster IV, Mata Kuliah Hubungan Industrial, Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, UNTIRTA
Daftar Pustaka
Kompas.com. (2019, 13 September). Regulasi Masih Jadi Keluhan Investor yang Tanam Modal di Indonesia, diperoleh 12 Februari 2020. https://money.kompas.com/read/2019/09/13/081300526/regulasi-masih-jadi-keluhan-investor-yang-tanam-modal-di-indonesia?page=all
Koran tempo. (201 4, 14 Desember).  Pembangunan 2015 Ditentukan Investasi, diperoleh 12 Februari 2020. https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/359606/pembangunan-2015-ditentukan-investasi
Kementrian perindustrian. (2017, 25 November). Indonesia Masuk Kategori Negara Industri, diperoleh 12 Februari 2020. https://kemenperin.go.id/artikel/18473/Indonesia-Masuk-Kategori-Negara-Industri
Detik news. (2018, 22 Mei). Memori Krisis Moneter 1997/1998, diperoleh 12 Februari 2020. https://news.detik.com/kolom/d-4032343/memori-krisis-moneter-19971998
Kementrian Perindustrian. 10 Indikator Kinerja Iklim Usaha. Berkas PDF. Diperoleh 11 Februari 2020. 


Komentar